SEKSUALITAS
DALAM KEHAMILAN
1.
Pendahuluan
Hak
seksual termasuk dalam kebebasan seluruh individu untuk mencapai standar
kesehatan tertinggi dalam hubungannya dengan seksualitas dan untuk mendapatkan
kepuasan, keamanan, dan kesenangan dalam kehidupan seksual (definisi WHO,
2002). Fungsi seksual adalah
aspek yang sah dalam dunia kedokteran yang digambarkan secara jelas dalam
deklarasi hak seksual diatas. Penelitian klinik dan sampel dari berbagai Negara
menegaskan bahwa banyak laki-laki dan perempuan menyatakan kehidupan seksual
adalah salah satu hal yang penting. Memberikan informasi kepada pasien tentang
perubahan seksual normal yang terjadi selama masa pubertas, kehamilan,
postpartum, menopause, dan usia tua adalah salah satu bagian rutin dalam
obstetri dan ginekologi. Hal yang paling efektif dalam mengintegrasikan fungsi
seksual pasien adalah dengan rutin bertanya mengenai riwayat seksual pasien. 1,2,3
Di dunia ini manusia
dan hewan akan lenyap dari permukaan bumi apabila mereka oleh alam tidak
dibekali dengan naluri untuk berkembang biak demi untuk meneruskan keturunan.
Dorongan/ keinginan untuk bersetubuh disebut libido seksualis (nafsu birahi,
nafsu syahwat). Ini dapat disamakan dengan keinginan untuk makan (lapar) dan
minum (haus). Seksualitas mempunyai arti jauh lebih luas dari istilah koitus.
Seksualitas adalah reaksi dan tingkah laku seksual yang didasari dan dikuasai
oleh nilai – nilai kehidupan manusia yang lebih tinggi, tidak seperti pada
hewan. Hewan bersetubuh semata – mata atas dorongan naluri birahi. Pada manusia
seksualitas dapat dipandang sebagai pencetusan dari hubungan antar individu, di
mana daya tarik rohaniah dan badaniah menjadi dasar kehidupan bersama antara
dua insan manusia. Dengan demikian dalam hubungan seksual tidak hanya alat
kelamin dan daerah erogen yang memegang peranan, melainkan juga psikik dan
emosi. 4
Respon seksual normal
bervariasi dari satu wanita ke wanita lainnya sepanjang kehidupan wanita.
Seorang dokter harus menyadari mengenai norma seksual dari pasien mereka,
sikap, dan peduli terhadap kehidupan seksual mereka. Memulai komunikasi terbuka
dengan pasien mengenai kehidupan seksual mereka membuat dokter dapat memberikan
nasihat mengenai masalah seksual sebagai bagian dari kesehatan reproduktif.
Selain itu, seorang dokter harus mengerti perubahan yang terjadi pada kehidupan
seksual wanita selama masa hidupnya. Aktivitas seksual selama kehamilan mungkin
dapat membahayakan fetus dan kehamilan. 2,3
2.
Pengaturan Perilaku Seksual Pada Wanita
Kehidupan seksual pada
anak remaja di Amerika serikat telah meningkat selama 20 tahun terakhir. Usia
rata – rata untuk senggama pertama kali baik pria dan wanita adalah 16 tahun.
Pada usia 19 tahun, sekitar ¾ wanita telah bersenggama. Sebuah survei terhadap
pria dan wanita usia antara 18-59 tahun di USA dilaporkan bahwa kebanyakan pria
dan wanita telah puas dengan kehidupan seksual mereka bahkan apabila
frekuensinya tidak sering. Sekitar 47% dari wanita memiliki aktivitas seksual
dengan pasangan mereka beberapa kali per bulan, ditaksir 31% dari mereka punya aktivitas seksual
2-3 kali per minggu, dan 7% lebih dari 4 kali per minggu. Dua belas persen dari
wanita beraktivitas seksual beberapa kali dalam setahun, dan sekitar 3% tidak
pernah beraktivitas seksual. Kebanyakan pria dan wanita menyatakan bahwa mereka
adalah monogami. 2
Frekuensi hubungan
kelamin (koitus) sangat bervariasi: rata – rata 1-4 kali seminggu bagi
orang-orang berumur 30-40 tahun. Koitus menjadi makin jarang dengan
meningkatnya umur. Pada wanita libido meningkat dalam masa reproduksi sampai
dicapai umur 35 tahun, kemudian menetap sampai umur 45 tahun, dan dapat
bertahan sampai jauh setelah menopause. Pada pria puncak libido dicapai pada
umur 20-30 tahun dan libido bertahan sampai umur 50 tahun, kemudian berangsur
kurang, akan tetapi tetap ada sampai umur lanjut. 4
Komponen perilaku
seksual, dorongan bersenggama dan rangkaian kejadian yang berperan dalam diri
pria dan wanita yang menyebabkan aktivitas senggama diregulasi sebagian besar
dalam sistem limbik dan hipotalamus. Istilah lobus limbik atau sistem limbik
diberikan pada bagian otak tepi jaringan korteks sekeliling hilus dari
hemispherium serebri yang terdiri dari : amygdala, hypocampus, dan nuclei
septal. Bagian-bagian ini dihubungkan dengan korpus mamilare dan sirkuit
tertutup yang rumit disebut sirkuit Papez5.
Korteks limbik
merupakan bagian korteks serebri yang secara filogenik paling tua dan secara
histologist dinamai dengan allokorteks dan jukstallokorteks, sedang bagian
nonlimbik lainnya dinamai neokorteks. Percobaan rangsangan dan ablasi bagian
nonlimbik lainnya dinamai neokorteks. Percobaan rangsangan dan ablasi
menunjukkan bahwa sistem limbik ini berperan utama dalam penciuman dan perilaku
makan serta bersama dengan hipotalamus berperan dalam mengatur perilaku
seksual, emosi kemarahan, perasaan takut dan motivasi. Implantasi sejumlah
kecil estrogen di dalam hipotalamus anterior menyebabkan birahi pada tikus
betina yang telah diooforektomi sedang implantasi bagian lain otak dan di luar
otak tidak mempunyai efek ini. Sehingga jelas sejumlah unsur dalam hipotalamus
sensitif terhadap estrogen yang bersirkulasi untuk memulai perilaku seksual5.
Pada manusia,
neokorteks bertumbuh cepat sekali meninggalkan sistem limbik sehingga sekalipun
secara struktur tidak ada hubungan sama sekali tetapi fungsi seksual telah
diensefalisasi secara luas dan dipengaruhi oleh faktor psikis dan social.
Rangsangan seksual pada wanita bergantung pada rangsangan psikis dan lokal.
Rangsangan psikis merupakan dorongan seksual yang sukar ditafsirkan dan dipengaruhi
juga oleh hormon seks dan hormon korteks adrenal. Pengaruh pendidikan dan
lingkungan sangat besar, masyarakat sering beranggapan bahwa seks merupakan
sesuatu yang harus disembunyikan, tabu, bahkan tidak bermoral dengan akibat
wanita sering menutupi naluri alamiahnya dengan alasan budaya. Perangsangan lokal pada wanita terjadi karena
sentuhan, penekanan atau rangsangan lain pada daerah perineum, organ seksual
dan saluran kemih, klitoris merupakan area sangat sensitif dan mempunyai
jaringan erektil yang hampir identik dengan penis. Impuls sensoris seksual
melalui nervus pudendus, pleksus sakralis ke medulla spinalis lalu ke serebrum.
Sedang jaringan erektil diatur oleh saraf parasimpatis yaitu nervi erigentus
yang juga menyebabkan sekresi kelenjar bartholini bilateral sehingga timbul
pelumasan. Bila rangsangan lokal mencapai intensitas maksimum dan disokong isarat
psikis yang sesuai dari serebrum akan timbul refleks yang disebut orgasme. Otot
perineum kontraksi berirama dan uterus berkontraksi akibat keluarnya oksitosin
dari hipofisis anterior. Kesan seksual yang mendalam timbul melalui serebrum
sedemikian rupa sehingga menimbulkan perasaan puas dan ditandai oleh perasaan
tenteram dan damai yang disebut resolusi5.
3.
Fisiologi seksual wanita
Terdapat Beberapa fase
dari respon seksual wanita, diantaranya keinginan, kebangkitan, dan orgasme
diikuti oleh relaksasi. Bagaimanapun, pada wanita fase – fase tersebut
bervariasi antara satu dengan yang lain. Pada wanita yang sudah memiliki
pasangan hidup, kebanyakan wanita memulai aktivitas seksual dengan pasangan
mereka atau menerima ajakan pasangan mereka tanpa adanya keinginan seksual
terlebih dahulu. Penelitian kualitatif telah menjelaskan banyak alasan seorang
wanita dalam menerima ajakan seksual termasuk kedekatan emosional dengan
pasangan mereka, suasana romantis, dan alasan yang lebih spesifik adalah alasan
erotis. Alasan lainnya termasuk ingin meraih perasaan yang lebih baik, lebih
normal, lebih dicintai, dan lebih berkomitmen dengan hubungan mereka. Keinginan
seksual, contohnya fantasi seksual, pengalaman positif dari hubungan seksual,
dan kebutuhan secara spontan adanya pasangan seksual atau stimulasi seks,
memiliki frekuensi bervariasi diantara wanita. 1
Daerah-daerah erogen tubuh ialah daerah-daerah
yang dapat menimbulkan rasa erotik nikmat apabila dirangsang dengan
sentuhan-sentuhan. Daerah-daerah erogen wanita terdapat di kuping bagian bawah,
tengkuk leher, mulut, bibir, lidah, payudara, puting susu, bahu, tulang
punggung, bokong, daerah sekitar pusat, bagian dalam alat kelamin, mons pubis,
dan perineum. Pada pria daerah-daerah erogen itu letaknya terutama di mulut,
payudara, bagian dalam paha, dan skrotum4.
Klitoris adalah bagian
paling sensitif pada wanita dan stimulasinya akan menghasilkan hasrat seksual
yang lebih tinggi dan orgasme yang lebih meningkat. Bagaimanapun, banyak wanita
membutuhkan stimulasi nonfisik dan nongenital terlebih dahulu sebelum stimulasi
klitoris dapat mereka nikmati. Hilangnya keinginan seksual, stimulasi langsung terhadap
klitoris dapat menjadi tidak menyenangkan dan bahkan dapat menimbulkan nyeri.
Area sensitif lainnya pada wanita termasuk puting susu, payudara, labia, daerah
kulit pada umumnya, dan vagina. 1/3 bagian dalam vagina berespon terhadap
sentuhan, 2/3 luar sensitif terutama terhadap tekanan. 1,2
Rangsangan seksual menurut urutan terjadinya dibagi dalam
4 masa yaitu : 4
1.
Masa rangsangan
(excitement phase)
2.
Masa dataran
tinggi (plateau phase)
3.
Masa orgasme (orgasmic phase)
4.
Masa peredaan (resolution phase)
Masa rangsangan terjadi
sebagai akibat dari rangsangan tubuh atau rangsangan psikis. Ini merupakan masa
yang paling panjang dan lamanya dapat diatur menurut kehendak yang
bersangkutan, bahkan dapat dihentikan: apabila rangsangan diteruskan dan
tegangan meningkat, maka masa rangsangan ini beralih ke masa berikutnya, yaitu
masa dataran tinggi. Plateau phase ini
dengan spontan beralih ke masa orgasme yang singkat, yang pada pria disertai
penyemprotan air mani dari uretra (ejakulasi). Masa berikutnya adalah masa peredaan
(resolution phase) yaitu masa kembali
ke dalam keadaan semula. Jikalau rangsangan diteruskan setelah orgasme, maka
tampak perbedaan yang nyata antara wanita dan pria. Wanita dapat mengalami
orgasme lagi pada setiap saat dalam masa resolusi bahkan sampai beberapa kali
dalam satu siklus. Orgasme lagi dalam masa peredaan tidak mungkin pada pria ;
masa resolusi harus lewat sepenuhnya. Jadi setelah ejakulasi pria mengalami
masa refrakter, yaitu pria memerlukan jangka waktu tertentu (sampai selesainya
masa peredaan) sebelum ia masuk lagi ke dalam masa dataran tinggi yang baru
sebagai persiapan untuk orgasme kedua. 4
Gambar 1. Fisiologi reaksi seksual
wanita4
4. Efek
Hormon Terhadap Perilaku Seksual
Dalam
mammalia nonprimata, pembuangan gonad menyebabkan dikemudian hari terjadi
penurunan atau tidak adanya aktivitas seksual. Suntikan hormon gonad ke hewan
yang dikastrasi akan menghidupkan kembali aktivitas seksualnya. Testosteron
dalam hewan jantan dan estrogen dalam betina mempunyai efek yang paling besar.
Progesteron dalam dosis besar juga efektif dalam wanita dan dalam dosis kecil
akan meningkatkan efek estrogen untuk menimbulkan aktivitas seksual. Pada
wanita dewasa ooferoktomi tidak menyebabkan penurunan libido atau kemampuan
seksual. Wanita pascamenopause tetap dapat secara kontinu melakukan hubungan
seksual tanpa banyak perubahan dibandingkan pola sebelumnya. Sifat menetap ini
kemungkinan karena sekresi steroid dari korteks adrenal yang diubah menjadi
estrogen atau bisa juga karena lebih besarnya ensefalisasi fungsi seksual pada
manusia sehingga faktor psikis dan social lebih berperan dalam mempertahankan
perilaku seksual, Tetapi terapi dengan hormon seks akan meningkatkan minat dan
dorongan seksual pada manusia5.
5. Siklus
respon seksual
Respon seksual diperantarai oleh kompleks
fisiologis, diantaranya : interpersonal, lingkungan, dan faktor biologis
(hormonal, vaskuler, muskuler, neurologis). Fase inisial dari siklus respon
seksual dimulai dari keinginan, tetapi pada kebanyakan wanita, terutama yang
sudah memiliki hubungan jangka panjang dipengaruhi oleh faktor lain selain
keinginan seksual. Keinginan dan kebangkitan seksual saling mempengaruhi satu
sama lain. Kepuasan seksual dapat dicapai apabila seorang wanita dapat fokus,
kesenangan mereka berlanjut, durasi dari stimulasi berlangsung lama, dan tidak
ada hal – hal yang dapat mengganggu (nyeri atau disfungsi seksual dari pasangan
mereka). Respons seksual bersifat sirkuler, tiap fase saling mengikuti
(Keinginan akan diikuti oleh kebangkitan seksual, dan kebangkitan seksual yang
tinggi akan diikuti oleh orgasme). Kebangkitan dicetuskan pertama kali oleh
peningkatan motivasi untuk merespon stimulasi seksual dan untuk menerima
stimulasi erotis lebih tinggi. 1,2
Keinginan seksual diawali oleh motivasi yang kuat
untuk berhubungan seksual. Perasaan ingin kemungkinan distimulasi oleh
rangsangan internal (fantasi, ingatan, perasaan seksual yang bangkit) dan
rangsangan eksternal (Pasangan yang menarik), isarat seksual dan bergantung
pada fungsi neuroendokrin yang adekuat. Multipel neurotransmitter, peptide, dan
hormone yang mencetuskan keinginan dan kebangkitan subyektif seksual. Substansi
yang mencetuskan respons seksual termasuk norepnefrin, dopamine, oksitosin, dan
seroronin. Prolaktin dan GABA menghambat respon seksual. Peptida dan neurotransmitter
dimodulasi oleh hormon seks. Bagaimanapun, telah jelas bahwa faktor biologis
tidak bertindak secara independen dari faktor lingkungan, penemuan pada manusia
sama dengan yang ditemukan pada hewan. Dopamin dan progesteron bertindak pada
reseptor di hypothalamus, keduanya menyebabkan peningkatan pada kebiasaan
seksual pada tikus betina yang mendapat oophorectomy
dan memperoleh estrogen. 2
Pada wanita, ketertarikan seksual dipengaruhi oleh mind set psikologis, kepercayaan,
ekspektasi, orientasi seksual, pilihan, dan kehadiran lingkungan yang erotis
dan aman. Keinginan seksual, ketertarikan, dan kemampuan untuk bangkitan
seksual kebanyakan sangat dipengaruhi oleh kesehatan mental dan perasaan
terhadap pasangan. Kedua hal tersebut baik secara umum maupun spesifik akan
berpengaruh terhadap interaksi seksual. Keinginan seksual juga dipengaruhi oleh
kecapekan; sebagai hasilnya, hubungan seks yang terlambat saat malam hari
biasanya tidak terlalu menarik pada wanita yang sibuk. Penyakit kronis juga
akan mengurangi keinginan dan kebangkitan seksual. 2
Kesenangan subyektif dan perasaan erotik yang
mengiringi adalah perubahan fisiologik yang terjadi selama masa kebangkitan
seksual. Perubahan – perubahan itu termasuk pembengkakan alat genital;
peningkatan lubrikasi vagina; pembesaran payudara dan ereksi dari putting susu;
peningkatan pada sensitivitas kulit; perubahan pada detak jantung, tekanan
darah, tonus otot, pernapasan, suhu tubuh; kulit yang berbintik; kemerahan akibat
vasodilatasi pada daerah dada, payudara, dan wajah. Dengan stimulasi seksual,
aktivitas otak pada hipotalamus dan area lain yang akan meningkatkan respon
genital akan diaktifkan, pencetusan sistem saraf autonom sehingga terjadi
peningkatan aliran darah di vagina. Vasodilatasi dari arteriol di bagian plexus
submukosa dari vagina meningkatkan transudasi dari cairan interstisiel, yang
akan bergerak dari kapiler diantara ruang interseluler epitel ke lumen vagina.
Secara bersama – sama, sistem saraf autonom mengakibatkan relaksasi dari sel
otot polos di klitoris dan labia, menyebabkan pembengkakan klitoris dan
vasodilatasi dari labia. Penelitian imunohistologik saat ini mengindikasikan
nervus yang berisi nitrat oxide hadir pada kulit alat genital yang menutupi
klitoris dan labia. 2
Dengan bangkitan seksual, perubahan fisik yang dapat
terjadi meliputi peningkatan tekanan darah, detak jantung, tonus otot,
frekuensi napas, dan suhu. Selain itu, vagina menjadi lebih panjang,
membengkak, dan dilatasi, uterus akan berelevasi keluar dari rongga pelvis.
Dengan peningkatan stimulasi seksual, vasokongesti akan mencapai intensitas
maksimum. Pada alat genital, labia akan menjadi lebih bengkak dan berwarna
merah kegelapan dan 1/3 bagian dalam vagina menjadi bengkak dan lebih tipis,
klitoris menjadi lebih bengkak dan berelevasi hingga posisi lebih dekat dari
symphisis pubis, dan uterus berelevasi secara maksimal. Pada wanita diketahui
bahwa faktor – faktor seperti sikap terhadap seks, perasaan terhadap pasangan,
pengalaman seksual sebelumnya, lama hubungan dengan pasangan, dan terutama
kesehatan mental dan emosional lebih kuat dalam menginisiasi keinginan dan
bangkitan seksual dibanding faktor faktor biologis yang telah diteliti sejauh
ini. 1, 2
Hubungan neurobiologis pada bangkitan seksual masih
belum diketahui secara pasti tetapi vasokongesti dari genital akan meningkat
terjadi setelah stimulus erotis kedua. Saraf parasimpatis melepaskan nitrous
oxide dan vasointestinal polipeptida(VIP) yang memediasi terjadinya vasodilatasi.
Asetilkolin (Ach) menghambat mekanisme noradrenergic yang mengakibatkan
vasokonstriksi dan berperan pada pelepasan nitrous oxide dari endothelium.
Sistem saraf simpatis, parasimpatis dan fungsi sistem somatik kurang berfungsi
secara independen seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Komunikasi telah
diidentifikasi antara nervus cavernosus ke klitoris berisi nitrous oxide dan bagian
distal dari saraf somatik (dorsal) dari klitoris dari nervus pudendus. Sistem
saraf simpatis pelvis melepaskan noradrenaline dan adenosin trifosfat, tetapi
dengan pelepasan dari Ach, nitrous oxide, dan VIP. Nitrous oxide adalah
neurotransmitter utama yang berperan pada pelebaran vulva. Pada vagina, VIP,
nitrous oxide, dan neurotransmitter yang tidak teridentifikasi juga berperan. 2
Orgasme dideskripsikan sebagai perasaan senang yang
sangat tinggi akibat sensasi seksual. Fisiologi dari orgasme belum diketahui
secara jelas, namun meliputi respon miotonik dari otot. Refleks kontraksi yang
ritmik dari otot – otot sekitar vagina dan anus terjadi. Kontraksi uterus juga
dirasakan oleh banyak wanita selama orgasme, dimana wanita yang pernah
merasakan hal tersebut akan merasakan orgasme yang berbeda setelah dilakukannya
histerektomi. Kebanyakan wanita dengan mudah merasakan orgame dengan stimulasi
langsung terhadap klitoris. Kontak yang lebih banyak dengan klitoris
dimungkinkan saat kontak antara pubis dengan pubis setelah laki – laki
mengalami ejakulasi dan ukuran penis menjadi berkurang. Stimulasi dari
payudara, ciuman dan stimulasi klitoris selama fase pemanasan adalah penyebab
lain timbulnya perasaan orgasme. Seorang wanita dapat mengalami multipel
orgasme selama satu kali siklus seksual dan dapat melanjutkan aktivitas seksual
tanpa adanya periode refrakter seperti halnya pada pria. 1,2
Setelah
orgasme, wanita merasakan perasaan relaksasi dan tenang. Penurunan gradual dari
pelebaran pelvis berbeda dengan penis yang menjadi tidak ereksi pada pria.
Perubahan nongenital yang terjadi selama bangkitan seksual akan kembali seperti
semula. Tubuh akan kembali pada situasi istirahat setelah 5-10 menit. Dengan
stimulasi yang lanjut, responnya dapat berlanjut pula. Wanita yang senang
dengan bangkitan seksual tanpa orgasme dilaporkan tidak mengalami fase
resolusi. 1,2
6. Perubahan Faal yang Terjadi Selama Kehamilan
Selama kehamilan
terjadi perubahan besar dalam diri seorang wanita. Berat badan naik kurang
lebih 0,5 kg per minggu setelah trimester I dengan kenaikan total 12,5 kg.
Pertambahan berat badan ini meliputi berat janin 3,5 kg , plasenta 0,5 kg ,
cairan amnion 1 kg, jaringan lemak 3,5 kg, dan pertambahan cairan plasma maupun
interstitial sebesar 3 kg6.
Uterus membesar akibat
pengaruh hormon estrogen dan progesterone sampai umur kehamilan 3 bulan dan
terus membesar sesuai dengan membesarnya janin di dalamnya. Uterus tidak hamil
beratnya 30 gram dan besarnya kira-kira seperti telur ayam. Pada kehamilan 12
minggu kira-kira sebesar telur angsa dan mulai dapat diraba dari luar di atas
simfisis, pada kehamilan 16 minggu sebesar kepala bayi diantara simfisis dan
pusat, pada kehamilan 24 minggu tepat di atas pusat, pada kehamilan 40 minggu
turun kembali 3 jari dibawah prosessus xiphoideus6.
Serviks uteri juga
mengalami perubahan, kelenjar serviks bersekresi lebih banyak sehingga wanita
hamil mengeluh keputihan. Keadaan ini sampai batas tertentu masih merupakan hal
fisiologis. Vulva dan vagina menjadi merah kebiruan akibat hipervaskularisasi.
Payudara akan membesar dan tegang, putting susu membesar, tegak, dan lebih
hitam. Selama kehamilan tonus otot traktus digestivus menurun sehingga
motilitas berkurang dan timbul rasa mual dan muntah. Makanan menjadi lebih lama
di dalam lambung dan usus. Hal ini memang baik untuk resorbsi makanan tetapi
dapat menimbulkan konstipasi. Pada traktur urinarius, kandung kencing tertekan
oleh uterus yang mulai membesar sehingga timbul perasaan sering ingin kencing.
Keadaan ini akan menghilang sendiri dengan tuanya kehamilan setelah uterus
keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan bila kepala janin mulai masuk
pintu atas panggul keluhan sering kencing akan timbul lagi6.
7. Perubahan Hormon Seks Selama Kehamilan
a.
Progesteron
Sekresi
progesteron dan estrogen meninngkat terus selama kehamilan kecuali hanya pada
saat plasenta mengambil alih korpus luteum pada usia kehamilan 6 minggu dimana
progesteron sedikit turun. Produksi progesteron dalam sehari kurang lebih 250
mg dengan kadar plasma 10 kali lebih besar dari fase luteal wanita tidak hamil.
Produksi progesteron ini tidak tergantung pada janin dan tidak berguna untuk
mengetahui kesejahteraan janin. Progesteron sangat vital dalam memelihara
kelangsungan kehamilan. Kekurangan hormon ini pada kehamilan awal dapat
menyebabkan keguguran dan pemberian progesteron antagonis akan menginduksi
abortus7.
b. Estrogen
Estrogen
selama hamil meningkat 100 kali lebih besar disbanding fase luteal. Ada 3 macam
estrogen yang diproduksi yaitu estradiol, estriol, dan estron, kekuatan
estradiol 12 kali kekuatan estron dan 80 kali dari estriol sehingga estradiol
merupakan komponen estrogen yang paling utama, Berbeda dengan progesteron,
produksi estrogen oleh plasenta tergantung janin karena produksinya memerlukan
interaksi antara ibu, plasenta, dan adrenal janin. Estrogen terutama berperan
dalam pertumbuhan iterus dan peningkatan darah ke uterus melalui kerja
vasodilator lokal. Selain itu, estrogen dan progesteron juga memicu pertumbuhan
payudara7.
8. Perkembangan
seksual selama kehamilan
Pada trimester pertama terjadi peningkatan volume
darah yang mengakibatkan pembengkakan jaringan khususnya pada payudara dan
organ pelvis. Payudara yang besar dan tegang memang menarik tetapi bila
menimbulkanrasa nyeri bila dipegang, justru menganggu dan menurunkan gairah
seksual. Vagina menjadi peka dan tidak nyaman ketika dilakukan penetrasi penis.
Timbul pula keluhan lain yang menganggu seperti mual, muntah, lelah, sering
kencing yang semuanya akan menurunkan gairah seksual. Bau badan suami atau bau
napas suami yang biasanya tidak menganggu kini dapat membuat mual dan hal ini
menurunkan nafsu seksual. Emosi menjadi labih sehubungan dengan keinginan untuk
banyak tidur dan istirahat juga adanya ambivalensi dan keraguan dalam
memutuskan kapan waktu yang tepat untuk hamil, kesiapan menjadi ibu, persiapan
materi. Selain itu, penurunan kegiatan seksual dapat timbul akibat ketakutan
senggama dapat membahayakan janin8.
Pada trimester kedua, umumnya merupakan periode yang
lebih nyaman dibandingan dengan trimester pertama. Pembesaran payudara dan
vaskularisasi meningkat pada daerah vagina dan labia kini dapat meningkatkan
kenikmatan seksual dan kualitas orgasme. Secara psikologi, dengan membesarnya
janin timbul perasaan bahagia karena tubuhnya merupakan sumber cinta kasih
berdua. Tapi ada pula ibu yang merasa khawatir dengan janinnya selama
bersenggama, kontraksi uterus sewaktu orgasme menyebabkan bradikardi dan
penurunan gerakan janin yang diikuti dengan periode hiperaktivitas. Meskipun
dinyatakan tidak berbahaya, namun menimbulkan kesulitan untuk merasa tenang
sewaktu bersenggama8.
Pada trimester ketiga, timbul keluhan yang dapat
mengurangi nafsu seksual dan frekuensi senggama seperti nyeri ulu hati, kaki
sering kejang, rasa berat pada perut, keluarnya air susu, dan kontraksi Braxton
Hicks. Tetapi ada pula wnaita yang orgasme dan merasakan pengalaman seksual
yang lebih hebat, bahkan ada yang baru pertama kali selama hidupnya mencapai
orgasme pada hamil tua ini. Pada saat ini beberaoa wanita merasa malu dengan
penampilannya yang gemuk, perut membesar, dan dirasakan tidak menarik, sehingga
menurunkan keinginan bersenggama8.
Umumnya, keinginan seksual wanita tidak berubah atau
menurun secara drastis pada trimester pertama kehamilan, dan akan menurun
secara tajam pada akhir trimester ketiga. Kondisi ini bervariasi antara satu
wanita dengan wanita lainnya terutama di trimester kedua. Keinginan seksual
pria umumnya tidak berubah hingga akhir trimester kedua yang akan menurun
secara tajam. Pada kebanyakan pasangan, pria memperlihatkan inisiatif seksual
dibanding wanita. Aktivitas koitus wanita selama kehamilan kadangkala dimotivasi
oleh keinginan untuk memuaskan pasangannya9.
Aktivitas koitus selama kehamilan tidak mengalami
perubahan yang terlalu mencolok pada trimester pertama, bervariasi pada
trimester kedua, dan akan menurun secara tajam pada trimester ketiga.
Kebanyakan pasangan melakukan pemanasan hingga bulan ketujuh, dengan aktivitas koitus
sebanyak setengah hingga ¾ pasangan pada bulan kedelapan, dan sekitar 1/3 pasangan pada bulan kesembilan. Sekitar 10%
wanita tidak melakukan koitus sejak kehamilan didiagnosis. Posisi pria diatas
menurun selama kehamilan dan posisi lainnya dilakukan lebih sering (posisi
menyamping). Pada trimester keempat dan kelima, aktivitas koitus terjadi
kira-kira 4-5 kali selama sebulan9.
Sebelum kehamilan, 76-79% wanita menyukai penetrasi
(7-21% wanita tidak menyukai penetrasi). Pada trimester pertama, hal ini akan
menurun sekitar 59% ; pada trimester kedua akan meningkat hingga 75-84%; dan
pada trimester akhir akan menurun kembali sekitar 40-41%9.
9. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual
Selama Kehamilan
a. Aspek sosial
Faktor
psikologis, sosial, dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan seksual
selama kehamilan. Konflik dan perasaan bersalah akan timbul bila aktivitas
seksual hanya bertujuan untuk membuat keturunan. Banyak wanita yang tidak lagi
bergairah karena merasa dirinya tidak menarik. Perubahan fisik menyebabkan dia
berfikir bahwa dia tidak lagi seksi dan menjadi gendut. Persepsi ini terus
membayang pada wanita tersebut sehingga suaminya menjadi merasa kesepian dan
terasingkan. Si istri menjadi mudah tersinggung bila suaminya hanya
memperhatikan dirinya sendiri dan kebutuhan seksualnya dari pada perhatian
terhadap pertumbuhan janin dalam perutnya. Bila kebutuhan seksualnya timbul
justru istri merasa aneh dan khawatir dianggap abnormal oleh suaminya.
Dianggapnya seorang wanita yang sedang hamil tidak seharusnya menikmati seksual
tetapi lebih memusatkan dirinya menjadi seorang ibu. Selama berhubungan
senggama seorang wanita hamil membayangkan dirinya kotor dan mereka sedang melakukan
perbuatan yang salah. Jadi secara psikologi kehidupan seksual selama kehamilan
dipengaruhi bagaimana persepsi terhadap kehamilannya dan perubahan tubuhnya8.
b. Posisi
senggama waktu hamil
Uterus
yang semakin membesar sesuai dengan besarnya kehamilan meneybabkan beberapa
pasangan harus mengubah teknik bersenggama untuk mengurangi kecanggungann dan
memungkinkan penetrasi penis yang dalam. Sebagai contoh, posisi yang paling
umum yaitu posisi misionaris dimana lelaki tidur di atas wanita sekarang menjadi
sangat tidak nyaman. Tubuh suami dapat membebani istri sehingga menimbulkan
rasa tidak nyaman juga menimbulkan kekhawatiran akan mencederai janin yang
membuat perasaan tidak tenang selama bersenggama. Beberapa posisi dianjurkan
agar suami tidak menekan perut seperti posisi berbaring miring berhadapan ,
posisi dengan istri berada di atas suami, posisi dengan suami memeluk dan
melakukan penetrasi dari belakang, istri berbaring di tepi ranjang sedang suami
berdiri. Pasangan suami istri sebaiknya mau menyesuaikan diri dengan sabar8.
Beberapa posisi yang baik dianjurkan untuk kehamilan
adalah :10
·
Women on top
(she goes up)
·
Side by side
(down side)
·
Spooning (man
behind women, rear entry)
·
Rear entry (dog
style)
·
Edge of the bed
c. Umur dan
paritas
Wilkerson
& Bing melaporkan bahwa wanita yang setelah berumur baru hamil karena
sebelumnya menunda kehamilan untuk mengejar karir dan kemudian setelah siap
memutuskan hamil akan lebih mantap hubungannya dengan suami termasuk dalam hal
senggama.Tetapi ada pula wanita yang menjadi menyesal karena merasa terjebak
dengan kehamilannya sehingga timbul perasaan negatif yang menyebabkan kurang
menyukai kehamilannya8.
d. Budaya
Semua
budaya mempunyai banyak peraturan dan larangan yang berhubungan dengan perilaku
seksual selama hamil8.
e. Suami
Pengetahuan
tentang perilaku seksual suami selama istrinya hamil masih sangat kurang.
Penelitian yang ada biasanya besar karena sampel penelitian hanya pasangan yang
mempunyai masalah saja. Penerimaan suami terhadap kehamilan dan kesadaran bahwa
janin adalah persatuan sperma dan sel telur akan mendatangkan perasaan
kepabakan dan tampaknya hal ini mendorong untuk mempertahankan rumah tangga dan
kemesraan hubungan suami istri. Beberapa suami merasakan meningkatnya gairah seksualnya
selama kehamilan sejalan dengan perasaan intim, dekat, dan kebahagiannya8.
10. Keuntungan
dan kerugian aktivitas seksual selama kehamilan
Pada saat terjadi rangsangan seksual aliran darah ke
vagina dan vulva akan meningkat tetapi aliran darah ke uterus masih belum
jelas. Apabila gerakan otot sewaktu senggama dianalogikan seperti waktu
olahraga maka aliran darah ke uterus akan menurun, penekanan vena cava inferior
oleh uterus sewaktu posisi terbaring telentang akan menyebabkan hipotensi
terutama pada trimester ketiga8.
Banyak penelitian mengungkapkan tidak ada hubungan
antara komplikasi kelahiran (kematian perinatal, kelahiran preterm, ruptur
membran prematur, bayi berat lahir rendah) dengan aktivitas koitus atau
frekuensi orgasme. Bagaimanapun, penetrasi dimana posisi pria diatas dan
penetrasi pada wanita maupun pria dengan infeksi genital dihubungkan dengan
peningkatan resiko kelahiran preterm. Wanita hamil yang memiliki pasangan yang
menderita penyakit menular seksual seharusnya menggunakan kondom. 4
Kehamilan yang tidak berisiko jika dilakukan
hubungan seks adalah kehamilan yang mempunyai resiko rendah untuk terjadi hal –
hal yang tidak diinginkan seperti keguguran ataupun kelahiran prematur.
Aktivitas seks pada masa kehamilan tidaklah menjadi sebuah keharusan. Banyak
wanita hamil yang merasa tidak nyaman dalam berhubungan seksual karena tubuhnya
membesar. Kebanyakan wanita kehilangan sensasi berhubungan seksual pada saat
tingkat kehamilan akhir karena sudah memasuki masa untuk melahirkan dan persiapan
menjadi orang tua baru. Perlu pembicaraan yang intensif mengenai cara
berhubungan seks seperti berciuman, pelukan yang tidak mengganggu, ataupun
posisi yang nyaman diantara pasangan. 11
Dalam kehamilan normal, hubungan seks tidak
membahayakan bayi. Cairan ketuban dan otot-otot kuat di sekitar rahim
melindungi bayi dari guncangan. Bayi juga terlindungi dari penetrasi penis
karena adanya lapisan lendir tebal yang melindungi leher rahim dan membantu
mencegah infeksi. Bayi mungkin sedikit terpengaruh saat terjadinya orgasme
namun karena perubahan detak jantung dari ibu. Kontraksi yang dialami oleh ibu
hamil saat orgasme sangat berbeda dengan kontraksi saat melahirkan. 12
Beberapa dokter menyarankan agar calon ibu
menghentikan aktifitas seksual pada minggu – minggu terakhir kehamilan. Ada zat
kimia tertentu seperti prostaglandin dalam sperma yang diyakini dapat
merangsang kontraksi. 12
Keuntungan dari aktifitas seksual selama kehamilan
jarang diteliti, tetapi ada satu penelitian yang menemukan bahwa aktifitas
seksual dan kesenangan selama kehamilan dihubungkan dengan makin meningkatnya
stabilitas hubungan antara pasangan. 4
Ada hal yang tidak boleh dilakukan dalam hubungan
seks di masa kehamilan : 11
·
Meniup udara ke
dalam vagina pada saat melakukan oral seks karena dapat menyebabkan emboli
udara yang berbahaya buat ibu dan janin.
·
Melakukan
hubungan seks dengan pasangan yang memiliki penyakit menular seksual seperti
herpes, kutil genital ataupun positif HIV. Penyakit seperti ini akan berakibat
fatal untuk janin.
Hubungan
seks sebaiknya tidak dilakukan pada kehamilan resiko tinggi seperti :
·
Riwayat
keguguran
·
Riwayat
kelahiran prematur atau gejala yang menunjukkan terjadinya kelahiran prematur
seperti kontraksi uterus
·
Pendarahan dalam
vagina yang tidak diketahui penyebabnya
·
Cairan amnion
yang kurang
·
Plasenta previa
·
Serviks yang
lemah dan dilatasi prematur
·
Kehamilan kembar
Posisi
hubungan seks yang disarankan untuk wanita hamil adalah posisi yang tidak
menekan mulut rahim antara lain: 9
-
Pria di atas tapi miring ke salah satu
sisi atau bertahan dengan lengan agar berat badannya tak menekan wanita.
-
Wanita diatas tapi hindari penetrasi
yang dalam.
-
Pria duduk di kursi atau tempat tidur
dan wanita berada di atasnya. Selain tak membebani kehamilan, posisi ini juga
memudahkan wanita mengatur irama hubungan sekaligus mengurangi tekanan dinding
rahim.
-
Pasangan berbaring menghadap satu arah
dengan posisi wanita di depan pria. Penetrasi dilakukan pria dari belakang.
-
Wanita dalam posisi lutut-siku
(menungging). Penetrasi dilakukan pria dari belakang.
11. Kesimpulan
·
Seksualitas memiliki arti yang jauh
lebih luas dari istilah koitus, merupakan pencetusan dari hubungan antar
individu yang menjadi dasar kehidupan bersama antar dua insan manusia.
·
Fungsi seksual
adalah aspek yang sah dalam dunia kedokteran. Baik laki-laki dan perempuan
menyatakan kehidupan seksual adalah salah satu hal yang penting.
·
Terdapat
Beberapa fase dari respon seksual wanita, diantaranya keinginan, kebangkitan,
dan orgasme diikuti oleh relaksasi.
·
Umumnya, keinginan
seksual wanita tidak berubah atau menurun secara drastis pada trimester pertama
kehamilan, dan akan menurun secara tajam pada akhir trimester ketiga. Kondisi
ini bervariasi antara satu wanita dengan wanita lainnya terutama di trimester
kedua.
·
Banyak
penelitian mengungkapkan tidak ada hubungan antara komplikasi kelahiran
(kematian perinatal, kelahiran preterm, ruptur membran prematur, bayi berat
lahir rendah) dengan aktivitas koitus atau frekuensi orgasme.
·
Keuntungan dari
aktifitas seksual selama kehamilan jarang diteliti, tetapi ada satu penelitian
yang menemukan bahwa aktifitas seksual dan kesenangan selama kehamilan
dihubungkan dengan makin meningkatnya stabilitas hubungan antara pasangan.
·
Terdapat
beberapa situasi dimana ibu hamil sebaiknya membatasi hubungan seks antara lain
perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya, wanita yang memiliki riwayat
keguguran atau ancaman keguguran, ataupun pasangan yang menderita penyakit
menular seksual.
·
Posisi koitus
yang disarankan buat ibu hamil adalah posisi yang tidak menekan dinding rahim,
yaitu :
-
Women on top
(she goes up)
-
Side by side
(down side)
-
Spooning (man
behind women, rear entry)
-
Rear entry (dog
style)
-
Edge of the bed
DAFTAR PUSTAKA
1.
Gibbs, Ronald S,
Karlan, Beth Y., Haney, Arthur F., Nygaard, Ingrid E. Women’s Sexuality and Sexual Dysfunction Dalam Danforth’s Obstetrics
and Gynecology 10th edition. Lippincott Williams and Wilkins.
2008. Hal. 743-748.
2.
Berek, Jonathan
S., Sexuality, Sexual Dysfunction, And
Sexual Assault Dalam Berek and Novak’s Gynecology 14th Edition. Lippincott
Williams and Wilkins. 2007. Hal. 314-322.
3.
Curtis, Michele
G., Overholt, Shelley, Hopkins, Michael P. Women
and Sexuality Dalam Glass Office Gynecology 6th Edition. Lippincott
and Williams. 2006. Hal. 561-564.
4.
Winkjosastro,
Hanifa, Prawirohardjo, Sarwono. Seksologi
Dalam Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2008. Hal 588-605.
5.
Guyton AC.
Fungsi Reproduksi Prakehamilan Pada Wanita dan Hormon Wanita. Dalam : Fisiologi
Kedokteran Edisi 11. Jakarta : EGC. 2007. Hal 1064-79
6.
Winkjosastro,
Hanifa, Prawirohardjo, Sarwono. Perubahan
Anatomik dan Fisiologi Wanita Hamil. Dalam : Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2007. Hal 89-100
7.
Guyton AC.
Kehamilan,Laktasi, serta Fisiologi Fetus dan Neonatus. Dalam : Fisiologi
Kedokteran Edisi 11. Jakarta : EGC. 2007. Hal 1080-94
8.
Widiasmoko,
Samuel. Perilaku Kegiatan Seksual pada Wanita Hamil. Semarang : Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro. 2000
9.
Reece, E.
Albert, Hobbins, John C. Sexuality In
Pregnancy And The Postpartum Period In Clinical ObstetricsThe Fetus And Mother.
Australia : Blackwell Publishing Asia. 1999. Hal. 1016-1018.
10. Jaka. Seks pada Kehamilan. [cited 18 Februari 2010]
. : file:///F:/banyak-pertanyaan-dari-pasangan-suami.html
11. Indrawan, Jhonsen. Jangan Takut Menikmati Seks Saat Hamil. [Cited 25 November 2012].:
http://www.tanyadokteranda.com/seksualita/2008/07/jangan-takut-menikmati-seks-saat-hamil
12. Anonymous. Hubungan
Seks Saat Hamil, Amankah. [Cited 25 November 2012]. Available From : http://majalahkesehatan.com/hubungan-seks-saat-hamil-amankah/