Minggu, 16 Desember 2012


PENYAKIT RADANG PANGGUL ( PRP)
PELVIC INFLAMMATORY DISEASE (PID)
I.PENDAHULUAN
Pelvic inflammatory disease (PID) yaitu infeksi traktus genitalia bagian atas termasuk uterus, adneksa sekitar parametrium dan daerah peritoneum, karena banyaknya infeksi melalui transmisi seksual sehingga dapat menyebar dan memberikan gejala pada adneksa. Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga panggul.  Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS). Saat ini hampir  1 juta wanita mengalami penyakit radang panggul yang merupakan infeksi serius pada wanita berusia antara 16-25 tahun. Lebih buruk lagi, dari 4 wanita yang menderita penyakit ini, 1 wanita akan mengalami komplikasi seperti nyeri perut kronik, infertilitas (gangguan kesuburan), atau kehamilan abnormal.(1,2) Peradangan terutama terjadi pada wanita yang secara seksual aktif.  Resiko terutama ditemukan pada wanita yang memakai IUD.(3)
Gejala utama dari PID adalah nyeri pada perut bagian bawah, meskipun di rasa kadang tidak terlalu sakit.  Timbulnya rasa sakit biasanya selama atau setelah menstruasi.  Rasa sakit yang timbul pada perut selalu dirasakan pada dua sisi (bilateral) dan perlangsungannya jarang sampai 2 minggu.(4)
Biasanya peradangan menyerang kedua tuba.  Infeksi biasa menyebar ke rongga perut dan kerena hal tersebut maka menyebabkan terjadinya peritonitis.  PID terjadi bila mikroorganisme penyebab penyakit pada saluran kelamin bagian bawah naik melalui lubang di leher rahim, yang memisahkan rahim dan vagina. (3,5)

II. EPIDEMIOLOGI
Insiden PID berjumlah 9 juta kasus berasal dari penyakit menular seksual (PMS) dari jumlah penduduk yang berusia dari 15 sampai 24 tahun di Amerika Serikat (US).  PID sebenarnya infeksi yang luas yang bisa berawal dari servisitis yang dapat berkembang menjadi endometritis, salpingitis, dan abses tubo-ovarian. Ada dua tipe bakteri yang menjadi penyebab utama PID yaitu Chlamydia trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae. Wanita usia 15 sampai 25 tahun dengan kebiasaan seperti memiliki pasangan seksual yang banyak; gagal penggunaan alat kontrasepsi; penggunaan obat narkotika, pasangan seksual yang mengidap PMS; pernah menderita PMS;  kesemuanya merupakan faktor resiko mengalami PID. Terdapat peningkatan jumlah penyakit ini dalam 2-3 dekade terakhir berkaitan dengan beberapa faktor, termasuk diantaranya adalah peningkatan jumlah PMS dan penggunaan kontrasepsi seperti spiral. 15% kasus penyakit ini terjadi setelah tindakan operasi seperti biopsi endometrium, kuret, histeroskopi, dan pemasangan IUD (spiral). 85% kasus terjadi secara spontan pada wanita usia reproduktif yang seksual aktif.(2,5)
The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) melaporkan 80.000 kasus PID yang terdapat di Rumah Sakit pada tahun 2002, yang sebelumnya CDC melaporkan sudah adanya penurunan insiden pada tahun 1980-2000.(5)

III. ANATOMI
Dasar panggul
Karena manusia berdiri tegak lurus, maka dasar panggul perlu mempunyai kekuatan untuk menahan semua beban yang diletakkan padanya, khususnya isi rongga perut dan tekanan intraabdominal.  Beban ini ditahan oleh lapisan otot-otot dan fasia yang ada dalam dasar panggul.  Pada persalinan lapisan-lapisan otot dan fasia mengalami tekanan dan dorongan sehingga dapat timbul prolapsus genitalis.  Pintu bawah panggul terdiri atas diafragma urogenitale, dan lapisan-lapisan otot yang berada diluarnya. Diafragma pelvik terbentuk oleh muskulus levator ani dan muskulus coccisigeus menyerupai sebuah mangkok.  Di garis tengah bagian depan mangkok ini terbuka (hiatus genitalis). Disana urethra, vagina, dan rectum keluar dari pelvis minor.  Diafragma urogenitalia yang menutup arkus pubis dibentuk oleh apeneurosis muskulus transversus perinei profundus dan muskulus transvesus superfisialis.  Di dalam sarung aponeurosis itu terdapat muskulus rhabdosphingter urethrae.(7)
Lapisan paling luar dibentuk oleh muskulus bulbocavernosus yang melingkari genitalia eksterna, muskulus transverus perinei superfisialis, muskulus ischiocavernosus, dan muskulus sphingter ani eksternus.  Semua otot ini dibawah pengaruh saraf motorik. 
Fungsi otot-otot tersebut diatas adalah sebagai berikut :
1.      Muskulus levator ani menahan rectum dan vagina turun kebawah
2.      Muskulus sfingter ani eksternus diperkuat oleh muskulus levator ani menutup anus
3.      muskulus bulbokavernosus mengecilkan introitus vagina disamping memperkuat fungsi muskulus sfingter vesisae internus yang terdiri atas otot polos. 
Pada introitus vagina ditemukan juga bulbus vestibule yang terdiri atas jaringan yang mengandung banyak pembuluh darah sehingga dapat membesar jika pembuluh darah terisi. (7)
ALAT GENITALIA
Vulva
Vulva merupakan alat genitalia external dari wanita yang terdiri dari:
  1. Mons Veneris
  2. Labia Majora
  3. Labia Minora
  4. Clitoris
  5. Urethra
  6. Perineum
Vagina
Vagina menghubungkan genitalia eksterna dan genitalia interna.  Introitus vagina tertutup pada himen (selaput darah), kadang-kadang himen tertutup sama sekali (himen imperforatus). Vagina berukuran di depan 6,5 cm dan dibelakang 9,5 cm, sumbunya kira-kira sejajar dengan arah pinggir bawah simphisis dan promatorium. Hal ini penting untuk pemeriksaan ginekologi. Mukosa vagina berlipat-lipat yang dinamakan rugae, ditengah ada bagian yang lebih mengeras disebut kolumna rugarum(7)

Gambar 1 Anatomi Organ Panggul




Uterus
            Uterus merupakan organ genital bagi wanita.  Bentuk uterus  seperti buah pir dengan ukuran 7,5 x 5,25 x 2,5 cm.  Dapat dibagi 2/3 korpus uteri dan 1/3 serviks uterina. Kavum uteri dilapisi oleh selaput lendir yang kaya dengan kelenjar, disebut endometrium. Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar, dan stroma dengan banyak pembuluh-pembuluh darah yang berkeluk-keluk. Di korpus uteri endometrium licin, akan tetapi di serviks berkelok-kelok; kelenjar­kelenjar itu bermuara di kanalis servikalis (arbor vitae). Pertumbuhan dan fungsi endometrium dipengaruhi sekali oleh hormon steroid ovarium. Uterus pada wanita dewasa umumnya terletak di sumbu tulang panggul dalam anteversiofleksio (serviks ke depan atas) dan membentuk sudut dengan vagina, sedang korpus uteri berarah ke depan dan membentuk sudut 120°-130° dengan serviks uteri. Di Indonesia uterus sering ditemukan dalam retrofleksio (korpus uteri berarah ke belakang) yang pada umumnya tidak memerlukan pengobatan. Perbandingan antara panjang korpus uteri dan serviks berbeda-beda dalam pertumbuhan. Pada bayi perbandingan itu adalah 1 : 2, sedangkan pada wanita dewasa 2 : 1.  Di luar, uterus dilapisi oleh serosa (peritoneum viserale). Jadi, dari luar ke dalam ditemukan pada dinding korpus uteri serosa atau perimetrium, miometrium, dan endometrium. Uterus mendapat darah dari arteria uterina, ranting dari arteria iliaka interna, dan dari arteria ovarika. (7)

Tuba
Tuba Fallopii ialah saluran telur berasal dari duktus Mulleri. Rata-rata panjangnya tuba 11-14 cm. Bagian yang berada di dinding uterus dinamakan pars intertisialis, lateral dari itu (3-6 cm) terdapat pars isthmika yang masih sempit (diameter 2-3 mm), dan lebih ke arah lateral lagi pars ampullaris yang lebih lebar (diameter 4-10 mm) dan mempunyai ujung terbuka menyerupai anemon yang disebut infundibulum. Bagian luar tuba diliputi oleh peritoneum vicerale, yang merupakan bagian dari ligamentum latum. Otot di dinding tuba terdiri atas (dari luar ke dalam) otot longitudinal dan otot sirkuler. Lebih ke dalam lagi terdapat mukosa yang berlipat-lipat ke arah longitudinal dan terutama dapat ditemukan di bagian ampulla. Mukosa tuba terdiri atas epitel kubik sampai silindrik, yang mempunyai bagian-bagian dengan serabut-serabut dan yang bersekresi. Yang bersekresi mengeluarkan getah, sedangkan yang berserabut dengan getarannya menimbulkan suatu arus ke arah kavum uteri. (7)
Gambar 2. Saluran Reproduksi Wanita

Ovarium
Indung telur pada seorang dewasa sebesar ibu jari tangan, terletak di kiri dan di kanan, dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika. Ovarium berhubungan dengan uterus dengan ligamentum ovari proprium. Pembuluh darah ke ovarium melalui ligamentum suspensorium ovari (ligamentum infundibulopel­vikum).Ovarium terletak pada lapisan belakang ligamentum latum.  Sebagian besar ovarium berada intraperitoneal dan tidak dilapisi oleh peritoneum. Bagian ovarium kecil berada di dalam ligamentum latum (hilus ovarii). Di situ masuk pembuluh-pembuluh darah dan saraf ke ovarium. Lipatan yang menghubung­kan lapisan belakang ligamentum latum dengan ovarium dinamakan mesova­rium. (7)
Bagian ovarium yang berada di dalam kavum peritonei dilapisi oleh epitel kubik-silindrik, disebut epithelium germinativum. Di bawah epitel ini terdapat tunika albuginea dan di bawahnya lagi baru ditemukan lapisan tempat folikel­folikel primordial.   Pada wanita diperkirakan terdapat banyak folikel. Tiap bulan satu folikel, kadang-kadang dua folikel, berkembang menjadi folikel de Graaf. Folikel-folikel ini merupakan bagian ovarium yang terpenting, dan dapat ditemukan di korteks ovarii dalam letak yang beraneka ragam, dan pula dalam tingkat-tingkat perkembangan dari satu sel telur yang dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel saja sampai folikel de Graaf yang matang. Folikel yang matang ini terisi dengan likuor follikuli yang mengadung estrogen, dan siap untuk berovulasi. (7)
Pada waktu dilahirkan bayi mempunyai sekurang-kurangnya 750.000 oogonium. Jumlah ini berkurang akibat pertumbuhan dan degenerasi folikel­folikel. Pada umur 6-15 tahun ditemukan 439.000, pada 16-25 tahun 159.000, antara umur 26-35 tahun menurun sampai 59.000, dan antara 34-45 hanya 34.000. Pada masa menopause semua folikel sudah menghilang. (7)

Jaringan penunjang alat genital
Uterus berada di rongga panggul dalam anteversiofleksio sedemikian rupa, sehingga bagian depannya setinggi simfisis pubis, dan bagian belakang setinggi artikulasio sakrokoksigea.  Jaringan ikat di parametrium, dan ligamentum-ligamentum rnembentuk suatu sistem penunjang uterus, sehingga uterus terfiksasi relatif cukup baik. (7)
Jaringan-jaringan itu ialah:
Ligamentum kardinale sinistrum dan dekstrum (Mackenrodt) merupakan ligamentum yang terpenting untuk mencegah agar uterus tidak turun.  Ligamentum ini terdiri atas jaringan ikat tebal, dan berjalan dari serviks dan puncak vagina ke arah lateral ke dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan banyak pembuluh darah, antara lain vena dan arteria uterina.(7)
Ligamentum sakrouterinum sinistrum dan dekstrum, yakni ligamentum yang juga menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan melengkung dari bagian belakang serviks kiri dan kanan melalui dinding rektum ke arah os sakrum kiri dan kanan.
Ligamentum rotundum sinistrum dan dekstrum, yakni ligamentum yang menahan uterus dalam antefleksi, dan berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan ke daerah inguinal kiri dan kanan.
Ligamentum pubovesikale sinistrum dan dekstrum, berjalan dari os pubis melalui kandung kencing, clan seterusnya sebagai ligamentum vesikouterinum sinistrum dan desktrum ke serviks.
Ligamentum latum sinistrum dan dekstrum, yakni ligamentum yang berjalan dari uterus ke arah lateral, dan tidak banyak mengandung jaringan ikat. Sebetulnya ligamentum ini adalah bagian peritoneum viserale yang meliputi uterus dan kedua tuba, dan berbentuk sebagai lipatan. Di bagian lateral dan belakang ligamentum ini ditemukan indung telur (ovarium sinistrum dan dekstrum).
Ligamentum infundibulopelvikum, yakni ligamentum yang menahan tuba Pallopii, berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan urat saraf, saluran-saluran limfe, arteria dan vena ovarika. Sebagai alat penunjang ligamentum in] tidak banyak artinya. (7)
Ligamentum ovarii proprium sinistrum dan dekstrum, yakni ligamentum yang berjalan clan sudut kin dan kanan belakang fundus uteri ke ovarium. Ligamentum ovarii proprium ini berasal dan gubernakulum; jadi, asalnya sama dengan ligamentum rotundum, yang juga berasal dari gubernakulum.(7)
Ligamentum-ligamentum dan jaringan-jaringan di parametrium tidak se­muanya berfungsi sebagai penunjang uterus. Terdapat ligamentum-ligamentum yang mudah sekali dikendorkan, sehingga alat-alat genital mudah berganti posisi. Ligamentum latum sebenarnya hanya suatu lipatan peritoneum yang menutupi uterus dan kedua tuba, dan terdiri atas mesosalpinks, mesovarium, clan mesometrium. Di antara lipatan tersebut ditemukan jaringan ikat yang letaknya disebut intraligamenter di dalam ruangan ligamentum latum). Ruangan tersebut berhubungan pula dengan ruangan retroperitoneal yang terdapat di atas otot-otot dasar panggul dan di daerah ginjal. Bila ada abses di daerah ginjal, maka abses ini mudah sekali menjalar ke darah retroperitoneal di panggul. (7)


IV.       PATOGENESIS
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan hari atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang panggul. Bakteri penyebab tersering adalah N. Gonorrhoeae (40%-60%) dan Chlamydia trachomatis (60%) yang menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya pertahanan dari rahim, serta menyediakan medium yang baik untuk pertumb

uhan bakteri (darah menstruasi).(2)
Gambar 3. PID Terjadi Pada Organ Reproduksi.
Adapun ditemukan bakteri lain pada PID seperti :
-          Cytomegalovirus (CMV) : CMV telah ditemukan di bagian atas traktus kelamin perempuan dengan PID, menunjukkan peran potensial CMV dalam PID.
-          Endogen microflora
-          Gardnerella vaginalis
-          Haemophilus influenzae
-          Enterik organisme gram negatif (Escherichia coli)
-          Peptococcus spesies
-          Streptococcus agalactiae
-          Bacteroides fragilis: Hal ini dapat menyebabkan epitel tuba dan kehancuran.
-           Mycoplasma genitalium: M genitalium telah terisolasi di endometrium dan saluran tuba wanita yang telah PID. (9)
Sebagian besar kasus PID terjadi dalam 2 tahap.  Tahap pertama melibatkan akusisi infeksi vagina atau leher rahim.  Tahap kedua yaitu pada infeksi saluran kelamin wanita terjadi penyebaran langsung mikro-organisme dari vagina dan leher rahim.  Meskipun mekanisme yang tepat penyebaran tidak diketahui, penelitian menunjukkan bahwa sejumlah faktor mungkin terlibat.  Lendir leher rahim menyediakan penghalang fungsional terhadap bakteri untuk menyebar ke atas, namun efektivitas mekanisme ini dapat berkurang oleh perubahan hormon yang terjadi selama ovulasi dan menstruasi.(9)
Perubahan dalam lingkungan mikro dapat mengakibatkan servikovaginal dari perawatan antibiotik dan IMS yang dapat mengganggu keseimbangan flora endogen, sehingga menyebabkan organisme non patogenik untuk terlalu cepat naik.  Pembukaan leher rahim selama menstruasi dapat memfasilitasi pendakian mikroorganisme.  Hubungan seksual dapat menyebabkan infeksi pendakian berirama mekanis akibat kontraksi rahim.  Bakteri dapat dilakukan bersama dengan sperma ke dalam rahim dan tabung.(9)
            Bentuk kontrasepsi yang berbeda dapat mempengaruhi insiden dan tingkat keparahan PID, seperti :
-          Spermisida dan kondom yang berisi nonoxynol-9, sebaiknya dihindari kerena nonoxynol-9 dapat menyebabkan lesi vagina dan dapat meningkatkan resiko penularan HIV dan telah dikaitkan dengan infeksi saluran kemih.
-          Pil kontrasepsi oral (PKO), kontrasepsi oral diduga meningkatkan resiko infeksi endoserviks.  PKO telah ditemukan untuk mengurangi resiko gejala PID, mungkin dengan meningkatkan viskositas lendir serviks, dan mengubah respon imun lokal.  Dan data terakhir menunjukkan bahwa PKO mungkin tidak memiliki efek pada insiden PID.
-           IUD, alat kontrasepsi ini telah dikaitkan dengan 2 – 9 kali lipat peningkatan resiko PID.   Terutama dalam bulan pertama setelah penyisipan dan juga menemukan bahwa resiko muncul untuk dimodifikasi dengan jumlah pasien mitra seksual, usia pengguna, dan masyarakat prevelensi IMS.(9)
-          Pemakaian kondom mencegah dapat mencegah PID.

V.         GEJALA KLINIS
            Gejala biasanya muncul segera setelah siklus menstruasi.  Penderita merasakan nyeri pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual dan muntah.  Biasanya infeksi akan menyumbat tuba fallopi.  Tuba yang tersumbat bisa membengkak dan terisi cairan (hidrosalfings).  Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan.  Infeksi bisa menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan parut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ – organ perut serta menyebabkan nyeri menahun.(2)
Gejala lain yang mungkin ditemukan pada PID :
-          Keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi dan bau yang abnormal
-          Demam
-          Nyeri punggung
-          Nyeri buang air kecil
-           Dyspareunia.(2)
Faktor resiko PID :
-          Umur kurang dari 35 tahun
-          Pemakaian alat kontraspesi yang bukan penghalang
-          Berganti – ganti pasangan seksual
-          Aktivitas seksual pada saat remaja
-          Pernah menderita penyakit menular seeksual
-          Pernah menderita PID
-          Kontrasepsi oral
-           Etnis afrika - Amerika (2,3)

VI.       DIAGNOSIS
CDC telah merekomendasikan kriteria yang diperlukan untuk penanganan PID.  Kriteria major termaksud:
1.      nyeri abdomen bagian bawah
2.       nyeri adneksa
3.       nyeri goyang pada serviks.(4)

Kriteria minor: (4)
1. Demam (Suhu oral >101oF ; 38,3oC)
2. Cairan vagina abnormal (purulent dan berbau)
3. Riwayat PMS.
4. Dyspareunia.
5. Laboratorium : Leukositosis.

Kriteria Tambahan:
1.Pewarnaan gram servikal negatif
2.Serum human chorionic gonadotropin negatif

Kriteria Khusus:
1.Pemeriksaan histopatologik dari endometritis
2.Abses tubo-ovarian pada sonografi atau imaging lainnya
3.Pemeriksaan laparoskopi

DD (Different Diagnosis) : (3)
-          Appendisitis
-          KET
-          Endometriosis
-          ISK
-          Gastroentritis
-          Kolesistitis.



VII.     PENATALAKSANAAN
Parenteral regimens
cefotetan (Cefotan) 2 g intravenously (IV) setiap 12 jam atau cefoxitin (Mefoxin) 2 g IV
setiap 6 jam; tambah
Doxycycline (Doryx dan lainnya) 100 mg orally (PO; preferred) or IV setiap 12 jam; diikuti oleh
Doxycycline 100 mg PO  2 kali sehari sampai 14 hari

Clindamycin (Cleocin) 900 mg IV setiap 8 jam; tambah
Gentamicin (Garamycin) in a loading dose of 2 mg/kg dari berat badan IV atauintramuscularly
(IM) diikuti oleh 1.5 mg/kg setiap 8 jam (sekali sehari); diikuti oleh
Either doxycycline 100 mg PO 2 kali sehari atau clindamycin 450 mg PO 4 kali sehari sampai 14 hari

Alternative parenteral regimens
ofloxacin (Floxin) 400 mg IV setiap 12 jam atau levofloxacin (Levaquin) 500 mg IV sekali sehari; dengan atau tanpa
Metronidazole (Flagyl dan lainnya) 500 mg IV setiap 8 jam; diikuti oleh
Doxycycline 100 mg PO 2 kali sehari sampai 14 hari

Ampicillin/sulbactam (Unasyn) 3 g IV setiap 6 jam; tambah
Doxycycline 100 mg PO atau IV setiap 12 jam; diikuti oleh
Doxycycline 100 mg PO 2 kali sehari sampai 14 hari
Oral regimens
Either ofloxacin 400 mg PO 2 kali sehari untuk 14 hari atau levofloxacin 500 mg PO sekali sehari untuk 14 hari; dengan atau tanpa
Metronidazole 500 mg PO 2 kali sehari sampai 14 hari
ceftriaxone (Rocephin) 250 mg IM dalam dosis tunggal, cefoxitin 2 g IM dalam dosis tunggal
dan probenecid (Benemid, Probalan) 1 g PO di berikan dalam dosis tunggal, atau
parenteral third-generation cephalosporin (contoh, ceftizoxime atau cefotaxime); tambah
Doxycycline 100 mg PO 2 kali sehari untuk 14 hari; dengan atau tanpa
Metronidazole 500 mg PO 2 kali sehari untuk 14 hari

VIII.    KOMPLIKASI
PID dapat menyebabkan jaringan parut di dalam organ-organ reproduksi, yang kemudian dapat menimbulkan komplikasi serius, termasuk nyeri panggul kronis, infertilitas, kehamilan ektopik (penyebab utama kematian terkait kehamilan pada wanita dewasa), dan komplikasi lain kehamilan berbahaya.  Kadang-kadang, infeksi dapat menyebar ke dalam peritoneum menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan parut pada permukaan eksternal hati (Fitz-Hugh-Curtis sindrom).(10)



IX.       PROGNOSIS
            Meskipun infeksi PID itu sendiri mungkin sembuh, efek dari infeksi dapat menjadi permanen.  Hal ini membuat identifikasi awal oleh seseorang yang bisa memberi perawatan kuratif yang tepat sangat penting dalam pencegahan kerusakan pada sistem reproduksi.  Jika infeksi awal ini kebanyakan dalam saluran yang lebih rendah, setelah perawatan mungkin memiliki sedikit kesulitan.  Jika infeksi di saluran tuba atau ovarium, lebih serius komplikasi yang mungkin terjadi.(10)

X.        SARAN
            Menjaga kebersihan alat genitalia serta pemakaian alat IUD yang steril untuk mencegah terjadinya PID.











DAFTAR PUSTAKA

1.      Berek, Jonathan S. Pelvic Inflammatory Disease. In : Berek & Novak’s Gynecology, 14 ed. Livingstone: William & Wilkin’s. 2007. P.550-2.

2.      Tjhay, Fransisca. Ancaman Penyakit Radang Panggul pada Infeksi Menular Seksual. Available from http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/8209105114.pdf

3.       Hotma, dr. Penyakit Radang Panggul. 2008 [Cited 2010 Juli. 01]: [1/5]. Available from : http://medicastore.com/penyakit/99/Penyakit_Radang_Panggul.html

4.      Chan, P.D. Pelvic Inflammatory Disease. In: Gynecology and Obstetrics. 2004 edition. Current Clinical Strategies; 2004

5.       Peter, Nadja G, etc. Fitz-Hugh-Curtis syndrome, In: CLEVELAND CLINIC JOURNAL OF MEDICINE. Available from http://www.ccjm.org/content/71/3/233.full.pdf+html

6.      Rosevear, Sylvia. Pelvic Inflammatory Disease. In: Handbook of management gynecology. USA: Blackwell-science; 2002. P.200-1

7.      Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan Edisi Kedua. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2005. H.4-16.

8.      DeCherney, Alan and Lauren Nathan. Current Obstetrics & Gynaecology Diagnosis and Treatment. USA : McGraw-Hill Companies; 2003. P.451-3

9.      Shepherd, S.M.  Department of Emergency Medicine.  Hospital of the University of Pennsylvania.  Available from : http://emedicine.medscape.com/article/256448-overview.  Update Juli 4, 2010.

10.   Anonymous.  Pelvic Inflammatory Disease.  Available from : http://en.wikipedia.org/wiki/Pelvic_inflammatory_disease.

11.   Schorge. Pelvic Pain. In: Williams GYNECOLOGY. McGraw-Hill Companies; 2008. Chapter 11