PENYAKIT RADANG PANGGUL
( PRP)
PELVIC INFLAMMATORY
DISEASE (PID)
I.PENDAHULUAN
Pelvic
inflammatory disease (PID) yaitu infeksi traktus genitalia bagian atas termasuk
uterus, adneksa sekitar parametrium dan daerah peritoneum, karena banyaknya
infeksi melalui transmisi seksual sehingga dapat menyebar dan memberikan gejala
pada adneksa. Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium
(selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium (otot rahim),
parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang panggul merupakan
komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS). Saat ini hampir 1
juta wanita mengalami penyakit radang panggul yang merupakan infeksi serius
pada wanita berusia antara 16-25 tahun. Lebih buruk lagi, dari 4 wanita yang
menderita penyakit ini, 1 wanita akan mengalami komplikasi seperti nyeri perut kronik,
infertilitas (gangguan kesuburan), atau kehamilan abnormal.(1,2)
Peradangan
terutama terjadi pada wanita yang secara seksual aktif. Resiko terutama ditemukan pada wanita yang
memakai IUD.(3)
Gejala
utama dari PID adalah nyeri pada perut bagian bawah, meskipun di rasa kadang
tidak terlalu sakit. Timbulnya rasa
sakit biasanya selama atau setelah menstruasi.
Rasa sakit yang timbul pada perut selalu dirasakan pada dua sisi (bilateral)
dan perlangsungannya jarang sampai 2 minggu.(4)
Biasanya
peradangan menyerang kedua tuba. Infeksi
biasa menyebar ke rongga perut dan kerena hal tersebut maka menyebabkan
terjadinya peritonitis. PID terjadi bila
mikroorganisme penyebab penyakit pada saluran kelamin bagian bawah naik melalui
lubang di leher rahim, yang memisahkan rahim dan vagina. (3,5)
II. EPIDEMIOLOGI
Insiden
PID berjumlah 9 juta kasus berasal dari penyakit menular seksual (PMS) dari
jumlah penduduk yang berusia dari 15 sampai 24 tahun di Amerika Serikat
(US). PID sebenarnya infeksi yang luas
yang bisa berawal dari servisitis yang dapat berkembang menjadi endometritis,
salpingitis, dan abses tubo-ovarian. Ada dua tipe bakteri yang menjadi penyebab
utama PID yaitu Chlamydia trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae. Wanita usia 15
sampai 25 tahun dengan kebiasaan seperti memiliki pasangan seksual yang banyak;
gagal penggunaan alat kontrasepsi; penggunaan obat narkotika, pasangan seksual
yang mengidap PMS; pernah menderita PMS;
kesemuanya merupakan faktor resiko mengalami PID. Terdapat
peningkatan jumlah penyakit ini dalam 2-3 dekade terakhir berkaitan dengan
beberapa faktor, termasuk diantaranya adalah peningkatan jumlah PMS dan
penggunaan kontrasepsi seperti spiral. 15% kasus penyakit ini terjadi setelah
tindakan operasi seperti biopsi endometrium, kuret, histeroskopi, dan
pemasangan IUD (spiral). 85% kasus terjadi secara spontan pada wanita usia
reproduktif yang seksual aktif.(2,5)
The
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) melaporkan 80.000 kasus PID
yang terdapat di Rumah Sakit pada tahun 2002, yang sebelumnya CDC melaporkan
sudah adanya penurunan insiden pada tahun 1980-2000.(5)
III. ANATOMI
Dasar panggul
Karena
manusia berdiri tegak lurus, maka dasar panggul perlu mempunyai kekuatan untuk
menahan semua beban yang diletakkan padanya, khususnya isi rongga perut dan
tekanan intraabdominal. Beban ini
ditahan oleh lapisan otot-otot dan fasia yang ada dalam dasar panggul. Pada persalinan lapisan-lapisan otot dan
fasia mengalami tekanan dan dorongan sehingga dapat timbul prolapsus
genitalis. Pintu bawah panggul terdiri
atas diafragma urogenitale, dan
lapisan-lapisan otot yang berada diluarnya. Diafragma pelvik terbentuk oleh muskulus levator ani dan muskulus coccisigeus menyerupai
sebuah mangkok. Di garis tengah bagian
depan mangkok ini terbuka (hiatus genitalis). Disana urethra, vagina, dan
rectum keluar dari pelvis minor.
Diafragma urogenitalia
yang menutup arkus pubis dibentuk oleh apeneurosis muskulus transversus
perinei profundus dan muskulus transvesus superfisialis. Di dalam sarung aponeurosis itu terdapat
muskulus rhabdosphingter urethrae.(7)
Lapisan
paling luar dibentuk oleh muskulus
bulbocavernosus yang melingkari genitalia eksterna, muskulus
transverus perinei
superfisialis, muskulus ischiocavernosus, dan muskulus sphingter ani eksternus. Semua otot ini dibawah pengaruh saraf
motorik.
Fungsi
otot-otot tersebut diatas adalah sebagai berikut :
1. Muskulus levator ani menahan rectum dan
vagina turun kebawah
2. Muskulus sfingter ani eksternus diperkuat
oleh muskulus levator ani menutup anus
3. muskulus
bulbokavernosus mengecilkan introitus vagina disamping memperkuat fungsi
muskulus sfingter vesisae internus yang terdiri atas otot polos.
Pada
introitus vagina ditemukan juga bulbus vestibule yang terdiri atas jaringan
yang mengandung banyak pembuluh darah sehingga dapat membesar jika pembuluh
darah terisi. (7)
ALAT GENITALIA
Vulva
Vulva
merupakan alat genitalia external dari wanita yang terdiri dari:
- Mons Veneris
- Labia Majora
- Labia Minora
- Clitoris
- Urethra
- Perineum
Vagina
Vagina
menghubungkan genitalia eksterna dan genitalia interna. Introitus vagina tertutup pada himen (selaput
darah), kadang-kadang himen tertutup sama sekali (himen imperforatus). Vagina
berukuran di depan 6,5 cm dan dibelakang 9,5 cm, sumbunya kira-kira sejajar
dengan arah pinggir bawah simphisis dan promatorium. Hal ini penting untuk
pemeriksaan ginekologi. Mukosa vagina berlipat-lipat yang dinamakan rugae, ditengah ada bagian yang lebih
mengeras disebut kolumna rugarum(7)
Gambar
1 Anatomi Organ Panggul
Uterus
Uterus
merupakan organ genital bagi wanita.
Bentuk uterus seperti buah pir
dengan ukuran 7,5 x 5,25 x 2,5 cm. Dapat
dibagi 2/3 korpus uteri dan 1/3 serviks uterina. Kavum uteri dilapisi oleh selaput lendir yang kaya dengan kelenjar,
disebut endometrium. Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar,
dan stroma dengan banyak pembuluh-pembuluh darah yang berkeluk-keluk. Di korpus
uteri endometrium licin, akan tetapi di serviks berkelok-kelok; kelenjarkelenjar
itu bermuara di kanalis servikalis (arbor vitae). Pertumbuhan dan fungsi
endometrium dipengaruhi sekali oleh hormon steroid ovarium. Uterus pada wanita
dewasa umumnya terletak di sumbu tulang panggul dalam anteversiofleksio
(serviks ke depan atas) dan membentuk sudut dengan vagina, sedang korpus uteri
berarah ke depan dan membentuk sudut 120°-130° dengan serviks uteri. Di
Indonesia uterus sering ditemukan dalam retrofleksio
(korpus uteri berarah ke belakang) yang pada umumnya tidak memerlukan
pengobatan. Perbandingan antara panjang korpus uteri dan serviks berbeda-beda
dalam pertumbuhan. Pada bayi perbandingan itu adalah 1 : 2, sedangkan pada
wanita dewasa 2 : 1. Di luar, uterus
dilapisi oleh serosa (peritoneum viserale). Jadi, dari luar ke dalam ditemukan
pada dinding korpus uteri serosa atau perimetrium, miometrium, dan endometrium.
Uterus mendapat darah dari arteria
uterina, ranting dari arteria iliaka interna, dan dari arteria ovarika. (7)
Tuba
Tuba Fallopii ialah saluran telur berasal dari duktus
Mulleri. Rata-rata panjangnya tuba 11-14 cm. Bagian yang berada di dinding uterus dinamakan pars intertisialis, lateral dari
itu (3-6 cm) terdapat pars isthmika yang masih sempit (diameter 2-3 mm), dan
lebih ke arah lateral lagi pars ampullaris yang lebih lebar (diameter 4-10 mm)
dan mempunyai ujung terbuka menyerupai anemon yang disebut infundibulum. Bagian luar tuba diliputi oleh peritoneum vicerale, yang merupakan bagian dari ligamentum latum. Otot di dinding tuba
terdiri atas (dari luar ke dalam) otot longitudinal dan otot sirkuler. Lebih ke
dalam lagi terdapat mukosa yang berlipat-lipat ke arah longitudinal dan
terutama dapat ditemukan di bagian ampulla. Mukosa tuba terdiri atas epitel
kubik sampai silindrik, yang mempunyai bagian-bagian dengan serabut-serabut dan
yang bersekresi. Yang bersekresi mengeluarkan getah, sedangkan yang berserabut
dengan getarannya menimbulkan suatu arus ke arah kavum uteri.
(7)
Gambar 2.
Saluran Reproduksi Wanita
Ovarium
Indung
telur pada seorang dewasa sebesar ibu jari tangan, terletak di kiri dan di
kanan, dekat pada dinding pelvis di fossa
ovarika. Ovarium berhubungan dengan uterus dengan ligamentum ovari
proprium. Pembuluh darah ke ovarium melalui ligamentum
suspensorium ovari (ligamentum infundibulopelvikum).Ovarium terletak pada
lapisan belakang ligamentum latum. Sebagian
besar ovarium berada intraperitoneal dan tidak dilapisi oleh peritoneum. Bagian
ovarium kecil berada di dalam ligamentum
latum (hilus ovarii). Di situ masuk pembuluh-pembuluh darah dan saraf ke
ovarium. Lipatan yang menghubungkan lapisan belakang ligamentum latum dengan ovarium dinamakan mesovarium. (7)
Bagian
ovarium yang berada di dalam kavum peritonei dilapisi oleh epitel
kubik-silindrik, disebut epithelium germinativum. Di bawah epitel ini terdapat
tunika albuginea dan di bawahnya lagi baru ditemukan lapisan tempat folikelfolikel
primordial. Pada wanita diperkirakan
terdapat banyak folikel. Tiap bulan satu folikel, kadang-kadang dua folikel,
berkembang menjadi folikel de Graaf. Folikel-folikel ini merupakan bagian
ovarium yang terpenting, dan dapat ditemukan di korteks ovarii dalam letak yang
beraneka ragam, dan pula dalam tingkat-tingkat perkembangan dari satu sel telur
yang dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel saja sampai folikel de Graaf yang
matang. Folikel yang matang ini terisi dengan likuor follikuli yang mengadung estrogen, dan siap untuk
berovulasi. (7)
Pada
waktu dilahirkan bayi mempunyai sekurang-kurangnya 750.000 oogonium. Jumlah ini
berkurang akibat pertumbuhan dan degenerasi folikelfolikel. Pada umur 6-15
tahun ditemukan 439.000, pada 16-25 tahun 159.000, antara umur 26-35 tahun
menurun sampai 59.000, dan antara 34-45 hanya 34.000. Pada masa menopause semua
folikel sudah menghilang. (7)
Jaringan penunjang alat genital
Uterus berada di
rongga panggul dalam anteversiofleksio
sedemikian rupa, sehingga bagian depannya setinggi simfisis pubis, dan bagian
belakang setinggi artikulasio sakrokoksigea.
Jaringan ikat di parametrium, dan ligamentum-ligamentum rnembentuk suatu
sistem penunjang uterus, sehingga uterus terfiksasi relatif cukup baik.
(7)
Jaringan-jaringan
itu ialah:
Ligamentum kardinale
sinistrum dan dekstrum (Mackenrodt) merupakan
ligamentum yang terpenting untuk mencegah agar uterus tidak turun. Ligamentum ini terdiri atas jaringan ikat tebal, dan
berjalan dari serviks dan puncak vagina ke arah lateral ke dinding pelvis. Di
dalamnya ditemukan banyak pembuluh darah, antara lain vena dan arteria uterina.(7)
Ligamentum sakrouterinum sinistrum dan dekstrum, yakni ligamentum yang juga
menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan melengkung dari bagian
belakang serviks kiri dan kanan melalui dinding rektum ke arah os sakrum kiri
dan kanan.
Ligamentum rotundum sinistrum dan dekstrum, yakni ligamentum yang menahan
uterus dalam antefleksi, dan berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan ke
daerah inguinal kiri dan kanan.
Ligamentum pubovesikale sinistrum dan dekstrum, berjalan dari os pubis melalui
kandung kencing, clan seterusnya sebagai ligamentum vesikouterinum sinistrum
dan desktrum ke serviks.
Ligamentum latum
sinistrum dan dekstrum, yakni
ligamentum yang berjalan dari uterus ke arah lateral, dan tidak banyak
mengandung jaringan ikat. Sebetulnya ligamentum ini adalah bagian peritoneum
viserale yang meliputi uterus dan kedua tuba, dan berbentuk sebagai lipatan. Di
bagian lateral dan belakang ligamentum ini
ditemukan indung telur (ovarium sinistrum dan dekstrum).
Ligamentum
infundibulopelvikum, yakni ligamentum
yang menahan tuba Pallopii, berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis.
Di dalamnya ditemukan urat saraf, saluran-saluran limfe, arteria dan vena
ovarika. Sebagai alat penunjang ligamentum in] tidak banyak artinya. (7)
Ligamentum ovarii
proprium sinistrum dan dekstrum, yakni
ligamentum yang berjalan clan sudut kin dan kanan belakang fundus uteri ke
ovarium. Ligamentum ovarii proprium ini berasal dan gubernakulum; jadi, asalnya
sama dengan ligamentum rotundum, yang juga berasal dari gubernakulum.(7)
Ligamentum-ligamentum
dan jaringan-jaringan di parametrium tidak semuanya berfungsi sebagai
penunjang uterus. Terdapat ligamentum-ligamentum yang mudah sekali dikendorkan,
sehingga alat-alat genital mudah berganti posisi. Ligamentum latum sebenarnya
hanya suatu lipatan peritoneum yang menutupi uterus dan kedua tuba, dan terdiri
atas mesosalpinks, mesovarium, clan mesometrium. Di antara lipatan tersebut
ditemukan jaringan ikat yang letaknya disebut intraligamenter di dalam ruangan
ligamentum latum). Ruangan tersebut berhubungan pula dengan ruangan
retroperitoneal yang terdapat di atas otot-otot dasar panggul dan di daerah
ginjal. Bila ada abses di daerah ginjal, maka abses ini mudah sekali menjalar
ke darah retroperitoneal di panggul. (7)
IV. PATOGENESIS
Penyakit radang
panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian bawah,
yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan hari atau
minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang panggul. Bakteri penyebab
tersering adalah N. Gonorrhoeae (40%-60%) dan Chlamydia trachomatis
(60%) yang menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan
berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut.
Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan
terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan
berkurangnya pertahanan dari rahim, serta menyediakan medium yang baik untuk
pertumb
uhan bakteri (darah menstruasi).(2)
uhan bakteri (darah menstruasi).(2)
Gambar 3. PID Terjadi Pada Organ Reproduksi.
Adapun ditemukan bakteri lain pada PID seperti :
-
Cytomegalovirus
(CMV) : CMV
telah ditemukan di bagian atas traktus kelamin perempuan dengan PID,
menunjukkan peran potensial CMV dalam PID.
-
Endogen microflora
-
Haemophilus
influenzae
-
Enterik
organisme gram negatif (Escherichia coli)
-
Peptococcus spesies
-
Streptococcus
agalactiae
-
Bacteroides
fragilis: Hal ini
dapat menyebabkan epitel tuba dan kehancuran.
-
Mycoplasma genitalium: M genitalium telah terisolasi di endometrium dan
saluran tuba wanita yang telah PID. (9)
Sebagian besar kasus PID terjadi dalam 2 tahap. Tahap pertama melibatkan akusisi infeksi
vagina atau leher rahim. Tahap kedua
yaitu pada infeksi saluran kelamin wanita terjadi penyebaran langsung
mikro-organisme dari vagina dan leher rahim.
Meskipun mekanisme yang tepat penyebaran tidak diketahui, penelitian
menunjukkan bahwa sejumlah faktor mungkin terlibat. Lendir leher rahim menyediakan penghalang
fungsional terhadap bakteri untuk menyebar ke atas, namun efektivitas mekanisme
ini dapat berkurang oleh perubahan hormon yang terjadi selama ovulasi dan
menstruasi.(9)
Perubahan dalam lingkungan mikro dapat mengakibatkan
servikovaginal dari perawatan antibiotik dan IMS yang dapat mengganggu
keseimbangan flora endogen, sehingga menyebabkan organisme non patogenik untuk
terlalu cepat naik. Pembukaan leher
rahim selama menstruasi dapat memfasilitasi pendakian mikroorganisme. Hubungan seksual dapat menyebabkan infeksi
pendakian berirama mekanis akibat kontraksi rahim. Bakteri dapat dilakukan bersama dengan sperma
ke dalam rahim dan tabung.(9)
Bentuk kontrasepsi yang berbeda
dapat mempengaruhi insiden dan tingkat keparahan PID, seperti :
-
Spermisida dan kondom yang berisi nonoxynol-9, sebaiknya dihindari kerena
nonoxynol-9 dapat menyebabkan lesi vagina dan dapat meningkatkan resiko
penularan HIV dan telah dikaitkan dengan infeksi saluran kemih.
-
Pil kontrasepsi oral (PKO), kontrasepsi oral diduga meningkatkan
resiko infeksi endoserviks. PKO telah
ditemukan untuk mengurangi resiko gejala PID, mungkin dengan meningkatkan
viskositas lendir serviks, dan mengubah respon imun lokal. Dan data terakhir menunjukkan bahwa PKO
mungkin tidak memiliki efek pada insiden PID.
-
IUD, alat kontrasepsi ini telah dikaitkan
dengan 2 – 9 kali lipat peningkatan resiko PID. Terutama dalam bulan pertama setelah
penyisipan dan juga menemukan bahwa resiko muncul untuk dimodifikasi dengan
jumlah pasien mitra seksual, usia pengguna, dan masyarakat prevelensi IMS.(9)
-
Pemakaian kondom mencegah dapat
mencegah PID.
V. GEJALA
KLINIS
Gejala biasanya muncul segera
setelah siklus menstruasi. Penderita
merasakan nyeri pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh
mual dan muntah. Biasanya infeksi akan
menyumbat tuba fallopi. Tuba yang
tersumbat bisa membengkak dan terisi cairan (hidrosalfings). Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun,
perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan. Infeksi bisa menyebar ke struktur di
sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan parut dan perlengketan fibrosa
yang abnormal diantara organ – organ perut serta menyebabkan nyeri menahun.(2)
Gejala
lain yang mungkin ditemukan pada PID :
-
Keluar
cairan dari vagina dengan warna, konsistensi dan bau yang abnormal
-
Demam
-
Nyeri
punggung
-
Nyeri
buang air kecil
-
Dyspareunia.(2)
Faktor
resiko PID :
-
Umur
kurang dari 35 tahun
-
Pemakaian
alat kontraspesi yang bukan penghalang
-
Berganti
– ganti pasangan seksual
-
Aktivitas
seksual pada saat remaja
-
Pernah
menderita penyakit menular seeksual
-
Pernah
menderita PID
-
Kontrasepsi
oral
-
Etnis afrika - Amerika (2,3)
VI. DIAGNOSIS
CDC
telah merekomendasikan kriteria yang diperlukan untuk penanganan PID. Kriteria major termaksud:
1.
nyeri
abdomen bagian bawah
2.
nyeri adneksa
3.
nyeri goyang pada serviks.(4)
Kriteria minor: (4)
1. Demam (Suhu oral
>101oF ; 38,3oC)
2. Cairan vagina
abnormal (purulent dan berbau)
3. Riwayat PMS.
4. Dyspareunia.
5. Laboratorium :
Leukositosis.
Kriteria Tambahan:
1.Pewarnaan gram servikal
negatif
2.Serum human chorionic gonadotropin negatif
Kriteria Khusus:
1.Pemeriksaan
histopatologik dari endometritis
2.Abses tubo-ovarian
pada sonografi atau imaging lainnya
3.Pemeriksaan
laparoskopi
DD
(Different Diagnosis) : (3)
-
Appendisitis
-
KET
-
Endometriosis
-
ISK
-
Gastroentritis
-
Kolesistitis.
VII. PENATALAKSANAAN
Parenteral
regimens
cefotetan
(Cefotan)
2 g intravenously (IV) setiap 12 jam atau cefoxitin (Mefoxin)
2 g IV
setiap 6
jam; tambah
Doxycycline
(Doryx
dan lainnya) 100 mg orally (PO; preferred) or IV setiap 12 jam; diikuti oleh
Doxycycline
100 mg
PO 2 kali sehari sampai 14 hari
Clindamycin
(Cleocin)
900 mg IV setiap 8 jam; tambah
Gentamicin
(Garamycin)
in a loading dose of 2 mg/kg dari berat badan IV atauintramuscularly
(IM)
diikuti oleh 1.5 mg/kg setiap 8 jam (sekali sehari); diikuti oleh
Either doxycycline
100 mg PO
2 kali sehari atau clindamycin 450 mg PO
4 kali sehari sampai 14 hari
Alternative
parenteral regimens
ofloxacin
(Floxin)
400 mg IV setiap 12 jam atau levofloxacin (Levaquin)
500 mg IV sekali sehari; dengan atau tanpa
Metronidazole
(Flagyl
dan lainnya) 500 mg IV setiap 8 jam; diikuti oleh
Doxycycline
100 mg PO
2 kali sehari sampai 14 hari
Ampicillin/sulbactam
(Unasyn)
3 g IV setiap 6 jam; tambah
Doxycycline
100 mg PO
atau IV setiap 12 jam; diikuti oleh
Doxycycline
100 mg PO
2 kali sehari sampai 14 hari
Oral
regimens
Either ofloxacin
400 mg PO
2 kali sehari untuk 14 hari atau levofloxacin 500 mg PO
sekali sehari untuk 14 hari; dengan atau tanpa
Metronidazole
500 mg PO
2 kali sehari sampai 14 hari
ceftriaxone
(Rocephin)
250 mg IM dalam dosis tunggal, cefoxitin 2 g IM dalam dosis tunggal
dan probenecid
(Benemid,
Probalan) 1 g PO di berikan dalam dosis tunggal, atau
parenteral
third-generation cephalosporin (contoh, ceftizoxime atau cefotaxime); tambah
Doxycycline
100 mg PO
2 kali sehari untuk 14 hari; dengan atau tanpa
Metronidazole 500 mg PO 2 kali sehari untuk 14 hari
VIII. KOMPLIKASI
PID dapat menyebabkan jaringan
parut di dalam organ-organ
reproduksi, yang kemudian dapat
menimbulkan komplikasi serius, termasuk nyeri panggul kronis, infertilitas, kehamilan
ektopik (penyebab utama kematian terkait
kehamilan pada wanita dewasa), dan komplikasi lain kehamilan berbahaya. Kadang-kadang, infeksi dapat menyebar ke
dalam peritoneum menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan parut pada
permukaan eksternal hati (Fitz-Hugh-Curtis
sindrom).(10)
IX. PROGNOSIS
Meskipun
infeksi PID itu sendiri mungkin sembuh, efek dari infeksi dapat menjadi
permanen. Hal ini membuat identifikasi
awal oleh seseorang yang bisa memberi perawatan kuratif yang tepat sangat
penting dalam pencegahan kerusakan pada sistem reproduksi. Jika infeksi awal ini kebanyakan dalam
saluran yang lebih rendah, setelah perawatan mungkin memiliki sedikit
kesulitan. Jika infeksi di saluran tuba
atau ovarium, lebih serius komplikasi yang mungkin terjadi.(10)
X.
SARAN
Menjaga kebersihan alat genitalia
serta pemakaian alat IUD yang steril untuk mencegah terjadinya PID.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Berek,
Jonathan S. Pelvic Inflammatory Disease.
In : Berek & Novak’s Gynecology, 14 ed. Livingstone: William &
Wilkin’s. 2007. P.550-2.
2.
Tjhay,
Fransisca. Ancaman Penyakit Radang Panggul pada Infeksi Menular Seksual.
Available from http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/8209105114.pdf
3. Hotma, dr.
Penyakit Radang Panggul. 2008 [Cited 2010 Juli. 01]: [1/5]. Available from : http://medicastore.com/penyakit/99/Penyakit_Radang_Panggul.html
4.
Chan,
P.D. Pelvic Inflammatory Disease. In: Gynecology and Obstetrics. 2004 edition.
Current Clinical Strategies; 2004
5. Peter, Nadja G,
etc. Fitz-Hugh-Curtis syndrome, In: CLEVELAND CLINIC JOURNAL OF MEDICINE.
Available from http://www.ccjm.org/content/71/3/233.full.pdf+html
6.
Rosevear,
Sylvia. Pelvic Inflammatory Disease.
In: Handbook of management gynecology. USA: Blackwell-science; 2002. P.200-1
7.
Wiknjosastro
H. Ilmu Kandungan Edisi Kedua. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2005. H.4-16.
8.
DeCherney,
Alan and Lauren Nathan. Current Obstetrics & Gynaecology Diagnosis and
Treatment. USA : McGraw-Hill Companies; 2003. P.451-3
9.
Shepherd,
S.M. Department of Emergency
Medicine. Hospital of the University of
Pennsylvania. Available from : http://emedicine.medscape.com/article/256448-overview. Update Juli 4, 2010.
10. Anonymous. Pelvic Inflammatory Disease. Available from : http://en.wikipedia.org/wiki/Pelvic_inflammatory_disease.
11. Schorge.
Pelvic Pain. In: Williams GYNECOLOGY. McGraw-Hill Companies; 2008. Chapter 11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar